Alkisah, pada zaman Nabi Musa, hiduplah dua tetangga yang hidup bersama di satu rumah, seorang Muslim yang taat dan seorang kafir yang tak mempercayai adanya Tuhan (atheis) dan gemar bermaksiat. Si Muslim tinggal di lantai pertama, dan si kafir tinggal di lantai dua. Selama bertahun-tahun kedua orang ini selalu saja bertengkar dan berdebat soal keyakinan mereka.
Suatu hari, setelah bertahun-tahun memperdebatkan aqidahnya, si Muslim hendak menasihati si kafir untuk terakhir kalinya agar si kafir mau bertobat. Dengan ramah ia mengajak si kafir berdialog;
Muslim : “Wahai saudaraku! Sadar dan tobatlah! Tinggalkan perbuatan maksiatmu dan ikutlah jalan yang benar. Sembahlah Allah karena Dia-lah Tuhan Semesta yang dari-Nya semua berasal dan akan kembali. Takutlah kamu akan hari akhirat dan tinggalkan perbuatan maksiat yang hanya akan membakarmu nanti di neraka jahannam. Ingatlah bahwa hanya kenikmatan akhirat saja yang abadi.”
Kafir : “Apa yang kau katakan, hai Muslim? Kau sedang mengigau, hah? Kau sudah tahu kalau aku tak percaya pada Tuhan! Aku tak percaya pada agama! Tuhan, hari kiamat, sorga, neraka, semua yang kau sebut-sebutkan itu hanya ilusi belaka. Hanya kebohongan dan pembodohan belaka! Agama itu Cuma tipu-tipu. Ujung-ujungnya Cuma biar dapat duit dan kursi kekuasaan. Coba, kalau memang Tuhan itu ada, mana Dia? Alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan? Ah, omong kosong! Alam ini ada dengan sendirinya, tak ada yang menciptakannya. Kalau sorga dan neraka itu ada apa buktinya? Kau Cuma mengigau, hai Muslim! Kau telah dibodoh-bodohi dan ditipu oleh Musa agar dia punya pengikut dan jadi raja! Agama kalian ini hanya agama orang miskin! Kalian ikut agama Musa karena kemiskinan kalian dan Musa menjanjikan harapan akan sorga agar kalian gembira, bukan? Lagipula, aku tidak tertarik dengan sorgamu, hai Muslim! Dalam kitabmu disebutkan bahwa isi sorgamu adalah perawan2 cantik, buah, susu, madu, dan arak. Aku sudah puas dengan itu semua, tiap malam aku selalu tidur dengan perawan cantik; susu, madu? Sudah bosan! Arak dan minuman keras? Emang kmu gak liat apa aku tiap hari mabok? Trus aku disuruh masuk agamamu dengan iming-iming kayak gitu??? Yang bener aja! Buat anak teka trik pasaran gituan mah manjur, tapi tidak buat orang cerdas dan gak gampang dibo’ongin kayak aku ini!”
Muslim : “Astaghfirullah! Kau benar2 tidak mau mendengarkan ajakan kebaikan, wahai orang kafir! Bagaimana mungkin Allah itu tidak ada sementara ciptaan-Nya ini, alam semesta ini ada? Bagaimana mungkin agama Musa adalah kebohongan, sementara dia dengan tulus berusaha membela kaumnya yang tertindas? Setelah sekian tahun hidup bersama, hari ini aku ingin mengingatkanmu untuk yang terakhir kalinya agar keluar dari kesesatanmu. Tapi engkau telah terbutakan oleh hawa nafsumu, hai orang kafir! Wanita dan minuman keras telah menumpulkan akalmu dari hidayah Allah! Tempat kembalimu tak lain adalah neraka jahannam!”
Kafir : “Bah! Omong kosong! Aku tidak takut dengan nerakamu, hai Muslim! Aku tak akan mengikuti kebohongan Musa! Tak ada itu akhirat! Tak ada itu sorga dan neraka! Hidup hanya saat ini! Kita senang dan menikmati hidup saat ini atau kita menderita dan sengsara saat ini! Peduli setan dengan sorga-nerakamu. Aku tak akan ikut bujuk rayumu! Dan ini juga adalah pembicaraan terakhir kita, hai Muslim! Jangan lagi2 kau mengajakku mengikuti kebodohanmu itu!” Sentak si kafir.
Muslim : “Kau benar2 tak punya harapan, wahai orang kafir. Mulai hari ini aku tidak akan lagi menasehatimu. Hanya saja, untuk yang terakhir kalinya aku mengingatkanmu, bahwa meskipun mungkin kau tak mempercayai neraka, tapi kabar mengenainya adalah mungkin. Dan tidakkah cukup kemungkinan adanya siksa neraka itu untuk membuatmu sadar? Kalau memang neraka itu tidak ada, kau mungkin bisa tenang. Tapi kalau neraka itu ternyata benar ada, bagaimana kau akan menghadapinya nanti???”
Kafir : “Diamlah kau, Muslim! Sudah kubilang aku tak butuh agama orang miskin sepertimu! Bukankah lebih baik kau lepas dari agama Musa ini? Bertahun-tahun kau ikut Musa tapi kau tetap saja susah dan miskin, bukan? Itu tandanya agama Musa yang kau anut itu adalah kebohongan! Kalau kamu memang benar, kenapa kamu tetap saja miskin dan sengsara, hah? Mending ikut aku saja, tidak usah menyembah Tuhan yang tidak ada! Menikmati semua kesenangan hidup yang hanya sekali ini!”
Menyadari si kafir sudah tak mau mendengarkan nasihatnya, si Muslim pun akhirnya mengakhiri pembicaraan mereka dan pergi dengan urusannya. Begitupun si kafir. Sampai saat malam hari keduanya kembali pulang ke rumah untuk tidur. Saat di kamar inilah, si kafir memikirkan kata2 si Muslim siang harinya. Begitupun di kamarnya si muslim memikirkan kata2 si kafir.
Si kafir berfikir bahwa jangan2 kata2 si Muslim itu benar, dan bahwa selama ini ia meninggalkan akal dan hatinya, hanya mengikuti hawa nafsu kebinatangannya semata. Jangan2 agama Islam itu yang benar? Jangan2 Tuhan itu memang ada, karena memang tak mungkin sesuatu ada dengan sendirinya, pasti ada yang menciptakannya. Jangan2 akhirat dgn sorga nerakanya itu juga benar ada, dan bahwa orang yang berdosa seperti dirinya akan dibakar dan disiksa di neraka. Ia memang belum bisa yakin kalau neraka itu benar2 ada, tapi juga ia juga tak bisa mengatakan dengan yakin bahwa neraka itu tidak ada. Benar kata si Muslim, jikapun itu hanya suatu kemungkinan, bukankah itu sudah cukup untuk membuatnya ketakutan dan bertobat? Si kafir terus berfikir dan teringat akan dosa2nya di masa lalu dan menangis. Akhirnya si kafir memutuskan untuk menemui si Muslim dan ingin mengatakan bahwa ia ingin masuk Islam dan bertobat...
Sementara itu si Muslim di kamar juga berpikir bahwa jangan2 kata2 si kafir itu benar. Jangan2 selama ini ia hanya dibodoh-bodohi oleh Musa? Jangan2 Tuhan itu tidak ada? Jangan2 sorga-neraka itu hanya karangan Musa saja agar orang2 mau mengikutinya dan supaya ia jadi raja menggantikan Fir’aun? Buktinya, kalau memang ajaran Musa itu benar dan membawa kebahagiaan, kenapa selama ini hidupnya susah? Kenapa ia terus saja miskin dan sengsara? Katanya Tuhan akan memberi rizki pada orang yang beriman? Tapi nyatanya malah Fir’aun yang mengaku Tuhan yang malah kaya-raya. Benar kata si kafir, hidup ini hanya sekali, jadi harus digunakan untuk dinikmati dan bersenang2. Dosa dan maksiat itu omong-kosong, itu hanya kebohongan orang2 yang tak mampu menikmati hidup. Ia sudah capek selama ini menjadi orang baik tapi susah melulu. Akhirnya si Muslim memutuskan untuk menemui si kafir untuk mengikutinya....
Si Muslim dan si kafir yang ingin menemui tetangganya itu segera keluar kamarnya, akan tetapi karena terlalu buru-buru, di tangga, keduanya bertabrakan dan jatuh ke lantai satu. Keduanya mati seketika! Ruh keduanya dibawa oleh malaikat. Ruh si kafir ditempatkan di sorga, sedang ruh si Muslim ditempatkan di neraka!
Di surga ruh si kafir kebingungan. Ia bertanya kepada malaikat; “Hai malaikat! Bukankah aku orang kafir dan banyak dosa? Dan orang kafir tidak boleh masuk ke surga? Sedangkan tetanggaku itu Muslim, tapi mengapa ia dimasukkan ke neraka?”
Jawab malaikat, “Kau memang dulunya kafir, tapi ketika kau berniat untuk tobat, maka kau menjadi Muslim. Dan setiap Muslim kan dimasukkan ke sorga. Sedang tetanggamu itu memang dulunya Muslim, tapi dia berniat untuk murtad dan menjadi kafir. Dan setiap kafir tempatnya adalah neraka!”
Sementara itu di neraka ruh si Muslim protes pada malaikat; “Hai, malaikat! Kenapa aku yang Muslim dan selalu beribadah kau masukkan ke neraka sedangkan si kafir yang selalu berbuat dosa dan maksiat itu kau masukkan ke surga?”
Jawab malaikat, “Itu karena pilihanmu sendiri, hai Fulan. Pada akhir hayat kau berniat untuk murtad, menyia2kan keimanan dan keislaman seumur hidupmu, dan untuk itu kau dimasukkan ke neraka, sedangkan si kafir itu di akhir hayat berniat untuk bertobat, dan karenanya ia dimasukkan ke sorga....”
Hanya karena keputusan salah sekejap, si Muslim itu menyia-nyiakan keimanan dan seluruh amal baiknya sepanjang hidupnya. Namun, nasi telah menjadi bubur, penyesalan si (mantan) Muslim itu terlambat sudah..................
READ MORE - Amal Kebajikan yg Sia-Sia (KISAH HIKMAH)